Waktu menunjukkan pukul 3:45 dini hari. Saya kebetulan tengah sendiri, meski ada beberapa orang user yang sedang bermain internet. Saat itu, tiba-tiba saja datang seorang lelaki separuh baya. Pakaiannya sedikit kotor dipadu dengan celana sebatas lutut yang juga ada bercak-bercak kotorannya. Ia memakai topi yang terbuat dari benang wol, mungkin untuk menghangatkan kepalanya. Kebetulan bulan ini adalah bulan yang dingin.
Kemudian, ia bertanya apakah ada minuman ringan? Dan saya menjawabnya ada. Lalu, lelaki tersebut mengambil sebotol minuman ringan dan duduk di belakang saya sambil menikmati minuman tersebut sambil menyalakan sebatang rokok.
Entah kenapa, semenjak kedatangan lelaki paruh baya tersebut, saya merasa sedikit curiga. Tidak salah - menurut saya - kalau saya berjaga-jaga. Meski daerah tempat saya termasuk cukup aman, namun apa salahnya sedikit waspada. Saya memperhatikan lelaki tersebut melalui layar monitor yang kebetulan menghadap ke arahnya. Saya sedikit mengamati gerak geriknya. Saya juga tidak mengajaknya mengobrol ataupun sekedar bertanya sesuatu kepadanya. Entahlah, saat itu saya benar-benar sedang dalam kondisi negative thinking. Bahkan sempat terlintas dalam benak saya, bahwa lelaki separuh baya tersebut berniat jahat terhadap saya.
Beberapa menit kemudian, lelaki tersebut menanyakan waktu saat itu. Saya menjawabnya dengan jawaban yang pendek. Kemudian lelaki tersebut menghabiskan minumannya dan bertanya berapa harganya. Saya menjawabnya. Kemudian saya berpaling ke arah lelaki tersebut untuk menerima uang yang disodorkannya. Saya sedikit terkejut saat melihat matanya. Salah satu matanya juling. Jujur saja saya paling tidak tega melihat orang yang memiliki kekurangan. Saya juga bisa melihat gurat-gurat kelelahan yang ada di wajahnya. Dan entah kenapa, tiba-tiba saya merasa sangat bersalah. Tangan saya sempat bergetar saat menerima uang dari lelaki tersebut.
Setelah membayar dan menerima kembaliannya, lelaki tersebut segera keluar dan pergi. Saya yang masih diliputi rasa bersalah, kemudian keluar dan melihat lelaki tersebut pergi sambil mendorong sepeda dengan keranjang di bagian belakangnya. Saya tertegun. Lelaki itu mungkin dari pasar, dan dia kehausan di jalan, begitu batin saya. Ia ke tempat saya dan membeli minuman, bukan merampoknya. Saya benar-benar merasa sangat bersalah karena telah menduga yang tidak baik, meski hanya dalam hati. Ingin rasanya saya meminta maaf, namun lelaki tersebut telah hilang di kegelapan pagi yang dingin.
Purwokerto,
4 Maret 2008
4:18
Kemudian, ia bertanya apakah ada minuman ringan? Dan saya menjawabnya ada. Lalu, lelaki tersebut mengambil sebotol minuman ringan dan duduk di belakang saya sambil menikmati minuman tersebut sambil menyalakan sebatang rokok.
Entah kenapa, semenjak kedatangan lelaki paruh baya tersebut, saya merasa sedikit curiga. Tidak salah - menurut saya - kalau saya berjaga-jaga. Meski daerah tempat saya termasuk cukup aman, namun apa salahnya sedikit waspada. Saya memperhatikan lelaki tersebut melalui layar monitor yang kebetulan menghadap ke arahnya. Saya sedikit mengamati gerak geriknya. Saya juga tidak mengajaknya mengobrol ataupun sekedar bertanya sesuatu kepadanya. Entahlah, saat itu saya benar-benar sedang dalam kondisi negative thinking. Bahkan sempat terlintas dalam benak saya, bahwa lelaki separuh baya tersebut berniat jahat terhadap saya.
Beberapa menit kemudian, lelaki tersebut menanyakan waktu saat itu. Saya menjawabnya dengan jawaban yang pendek. Kemudian lelaki tersebut menghabiskan minumannya dan bertanya berapa harganya. Saya menjawabnya. Kemudian saya berpaling ke arah lelaki tersebut untuk menerima uang yang disodorkannya. Saya sedikit terkejut saat melihat matanya. Salah satu matanya juling. Jujur saja saya paling tidak tega melihat orang yang memiliki kekurangan. Saya juga bisa melihat gurat-gurat kelelahan yang ada di wajahnya. Dan entah kenapa, tiba-tiba saya merasa sangat bersalah. Tangan saya sempat bergetar saat menerima uang dari lelaki tersebut.
Setelah membayar dan menerima kembaliannya, lelaki tersebut segera keluar dan pergi. Saya yang masih diliputi rasa bersalah, kemudian keluar dan melihat lelaki tersebut pergi sambil mendorong sepeda dengan keranjang di bagian belakangnya. Saya tertegun. Lelaki itu mungkin dari pasar, dan dia kehausan di jalan, begitu batin saya. Ia ke tempat saya dan membeli minuman, bukan merampoknya. Saya benar-benar merasa sangat bersalah karena telah menduga yang tidak baik, meski hanya dalam hati. Ingin rasanya saya meminta maaf, namun lelaki tersebut telah hilang di kegelapan pagi yang dingin.
Purwokerto,
4 Maret 2008
4:18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar